Hari Ketigapuluhlima – Filosofi Donat

Hari ini aku menghadiri salah satu sesi perkuliahan paling menarik selama hampir sebulan di KI. Nama sesinya ‘Philosophy of Science: From Scientific Theory to Pragmatic Mixed Methods Research‘.

Terdengar boring? Terdengar berat?

Mulanya juga aku mikirnya gitu sih, tapi ternyata dosenku hari itu gokiiiiillll banget bisa ngebawain topik segitu beratnya dengan cara yang super fun!

Mulanya beliau nanya, ke semua kelas. Philosophy tu apa sih? Asal katanya dari mana? Terus akhirnya ada temenku yang orang Yunani yang bisa jawab gitu (yaiyalah, hehehehe…). Ternyata philosophy itu asal katanya dari ‘philos’ yang artinya ‘love’ dan ‘sophia’ yang artinya ‘wisdom’. Jadi gampangnya, philosophy itu ‘love of wisdom’. Terus sambil bercanda dosennya bilang, ‘Nah udah kan? Kalian udah tau. Berarti saya ga usah ngajarin apa-apa lagi ya…’ Hehehehe…

Terus beliau nunjukin gambar di bawah ini:

Philosophy explained – Source: The Crooked Mouth

Itu karena gambarnya lucu gitu, ngehubungin pemikiran filosofi sama donat, anak-anak jadi lebih mudah ngerti. Well, konsepnya sih tetep susah ya, kalau mau ditelaah, tapi seengganya sekarang kita jadi tahu lah bedanya.

Hal lainnya yang bikin aku seneng adalah ketika beliau dengan gamblangnya mengakui bahwa selama ini kalau kita belajar filosofi, acuannya pasti ke barat, padahal di timur juga ada filsuf-filsuf yang sayangnya tidak terdokumentasi seperti di barat.

Selain itu kita juga ngebahas konsep inside the box dan outside the box, yang katanya bakal banyak kita hadapi di dunia sehari-hari. Contohnya kalau di dunia kesehatan, beliau cerita pengalamannya waktu bantuin Kementerian Kesehatan di Laos, beliau nemuin banyak hal-hal ‘outside the box’, termasuk di antaranya pengobatan tradisional di kalangan masyarakat sana (yang tentunya ga dikenal di dunia kesehatan barat). Iya juga sih, I can relate to that. Karena toh di Indonesia juga prakteknya ada aja kan yang kalo sakit lebih memilih pengobatan alternatif dan bukannya ke dokter. Ga kepikiran aja sebelumnya kalau hal-hal seperti itu ternyata bisa dikategorikan sebagai hal-hal yang tidak biasa atau ‘outside the box’ dan dibutuhkan kebijaksanaan dalam menghadapi hal-hal kaya gitu. Apa perlu dilarang sepenuhnya? Didukung? Atau gimana?

Intinya sih kira-kira begitu… That’s why we should learn about philosophy. The love of wisdom.

Leave a comment